TEKNIK-TEKNIK DAN TAHAP-TAHAP
KONSELING INDIVIDUAL
Cormier &
Hackey (dalam Gibson & Mitchell, 1995:143) mengidentifikasi empat tahapan
proses konseling yakni membangun hubungan, identifikasi masalah dan eksplorasi,
perencanaan pemecahan masalah, aplikasi solusi dan pengakhiran. Sedangkan
Prayitno (1998:24) menyebutkan bahwa ada lima tahap proses konseling yakni
pengantaran, penjajagan, penafsiran, pembinaan dan penilaian.
Berdasarkan
pendapat kedua ahli di atas, terdapat kesamaan pentahapan dalam konseling
perorangan. Dapat disimpulkan bahwa proses konseling perorangan dilakukan dalam
lima tahap yakni tahap pengantaran, penjajagan, penafsiran, pembinaan dan
penilaian. Adapun teknik-teknik yang dipakai dalam membentuk dan
menyelenggarakan proses konseling pada umumnya disebut teknik umum. Sedangkan
teknik khusus yaitu teknik-teknik yang diterapkan untuk membina kemampuan
tertentu pada diri klien (Prayitno, 1998:28).
A.
TEKNIK UMUM
Menurut Akhmad Sudrajat (2008.online) ,teknik umum dalam konseling
adalah sebagai berikut :
1.
Perilaku Attending
Perilaku attending disebut juga perilaku menghampiri klien yang
mencakup komponen kontak mata, bahasa tubuh, dan bahasa lisan. Perilaku
attending yang baik dapat :
- Meningkatkan harga diri klien.
- Menciptakan suasana yang aman
- Mempermudah ekspresi perasaan klien dengan bebas.
Contoh
perilaku attending yang baik :
- Kepala : melakukan anggukan jika setuju
- Ekspresi wajah : tenang, ceria, senyum
- Posisi tubuh : agak condong ke arah klien, jarak antara konselor dengan klien agak dekat, duduk akrab berhadapan atau berdampingan.
- Tangan : variasi gerakan tangan/lengan spontan berubah-ubah, menggunakan tangan sebagai isyarat, menggunakan tangan untuk menekankan ucapan.
- Mendengarkan : aktif penuh perhatian, menunggu ucapan klien hingga selesai, diam (menanti saat kesempatan bereaksi), perhatian terarah pada lawan bicara.
Contoh
perilaku attending yang tidak baik :
- Kepala : kaku
- Muka : kaku, ekspresi melamun, mengalihkan pandangan, tidak melihat saat klien sedang bicara, mata melotot.
- Posisi tubuh : tegak kaku, bersandar, miring, jarak duduk dengan klien menjauh, duduk kurang akrab dan berpaling.
- Memutuskan pembicaraan, berbicara terus tanpa ada teknik diam untuk memberi kesempatan klien berfikir dan berbicara.
- Perhatian : terpecah, mudah buyar oleh gangguan luar.
2.
Empati
Empati ialah kemampuan konselor untuk merasakan apa yang dirasakan
klien, merasa dan berfikir bersama klien dan bukan untuk atau tentang klien.
Empati dilakukan sejalan dengan perilaku attending, tanpa perilaku attending
mustahil terbentuk empati.
Terdapat dua macam empati, yaitu :
Terdapat dua macam empati, yaitu :
- Empati primer, yaitu bentuk empati yang hanya berusaha memahami perasaan, pikiran dan keinginan klien, dengan tujuan agar klien dapat terlibat dan terbuka.Contoh ungkapan empati primer :” Saya dapat merasakan bagaimana perasaan Anda”. ” Saya dapat memahami pikiran Anda”.” Saya mengerti keinginan Anda”.
- Empati tingkat tinggi, yaitu empati apabila kepahaman konselor terhadap perasaan, pikiran keinginan serta pengalaman klien lebih mendalam dan menyentuh klien karena konselor ikut dengan perasaan tersebut. Keikutan konselor tersebut membuat klien tersentuh dan terbuka untuk mengemukakan isi hati yang terdalam, berupa perasaan, pikiran, pengalaman termasuk penderitaannya. Contoh ungkapan empati tingkat tinggi : Saya dapat merasakan apa yang Anda rasakan, dan saya ikut terluka dengan pengalaman Anda itu”.
3.
Refleksi
Refleksi adalah teknik untuk memantulkan kembali kepada klien
tentang perasaan, pikiran, dan pengalaman sebagai hasil pengamatan terhadap
perilaku verbal dan non verbalnya. Terdapat tiga jenis refleksi, yaitu :
- Refleksi perasaan, yaitu keterampilan atau teknik untuk dapat memantulkan perasaan klien sebagai hasil pengamatan terhadap perilaku verbal dan non verbal klien. Contoh : ” Tampaknya yang Anda katakan adalah ….”
- Refleksi pikiran, yaitu teknik untuk memantulkan ide, pikiran, dan pendapat klien sebagai hasil pengamatan terhadap perilaku verbal dan non verbal klien.Contoh : ” Tampaknya yang Anda katakan…”
- Refleksi pengalaman, yaitu teknik untuk memantulkan pengalaman-pengalaman klien sebagai hasil pengamatan terhadap perilaku verbal dan non verbal klien. Contoh : ” Tampaknya yang Anda katakan suatu…”
4.
Eksplorasi
Eksplorasi adalah teknik untuk menggali perasaan, pikiran, dan
pengalaman klien. Hal ini penting dilakukan karena banyak klien menyimpan
rahasia batin, menutup diri, atau tidak mampu mengemukakan pendapatnya. Dengan
teknik ini memungkinkan klien untuk bebas berbicara tanpa rasa takut, tertekan
dan terancam. Seperti halnya pada teknik refleksi, terdapat tiga jenis dalam
teknik eksplorasi, yaitu :
- Eksplorasi perasaan, yaitu teknik untuk dapat menggali perasaan klien yang tersimpan. Contoh :” Bisakah Anda menjelaskan apa perasaan bingung yang dimaksudkan ….”
- Eksplorasi pikiran, yaitu teknik untuk menggali ide, pikiran, dan pendapat klien. Contoh : ” Saya yakin Anda dapat menjelaskan lebih lanjut ide Anda tentang sekolah sambil bekerja”.
- Eksplorasi pengalaman, yaitu keterampilan atau teknik untuk menggali pengalaman-pengalaman klien. Contoh :” Saya terkesan dengan pengalaman yang Anda lalui Namun saya ingin memahami lebih jauh tentang pengalaman tersebut dan pengaruhnya terhadap pendidikan Anda”
5.
Menangkap Pesan (Paraphrasing)
Menangkap Pesan (Paraphrasing) adalah teknik untuk menyatakan
kembali esensi atau initi ungkapan klien dengan teliti mendengarkan pesan utama
klien, mengungkapkan kalimat yang mudah dan sederhana, biasanya ditandai dengan
kalimat awal : adakah atau nampaknya, dan mengamati respons klien terhadap
konselor.
Tujuan paraphrasing adalah : (1) untuk mengatakan kembali kepada
klien bahwa konselor bersama dia dan berusaha untuk memahami apa yang dikatakan
klien; (2) mengendapkan apa yang dikemukakan klien dalam bentuk ringkasan ; (3)
memberi arah wawancara konseling; dan (4) pengecekan kembali persepsi konselor
tentang apa yang dikemukakan klien.
Contoh dialog
:
Klien : ” Itu suatu pekerjaan
yang baik, akan tetapi saya tidak mengambilnya. Saya tidak tahu mengapa demikian
? ”
Konselor : ” Tampaknya Anda masih ragu.”
Konselor : ” Tampaknya Anda masih ragu.”
6.
Pertanyaan Terbuka (Opened Question)
Pertanyaan terbuka yaitu teknik untuk memancing siswa agar mau
berbicara mengungkapkan perasaan, pengalaman dan pemikirannya dapat digunakan
teknik pertanyaan terbuka (opened question). Pertanyaan yang diajukan sebaiknya
tidak menggunakan kata tanya mengapa atau apa sebabnya. Pertanyaan semacam ini
akan menyulitkan klien, jika dia tidak tahu alasan atau sebab-sebabnya. Oleh
karenanya, lebih baik gunakan kata tanya apakah, bagaimana, adakah, dapatkah.
Contoh : ”
Apakah Anda merasa ada sesuatu yang ingin kita bicarakan? ”
7.
Pertanyaan Tertutup (Closed Question)
Dalam konseling tidak selamanya harus menggunakan pertanyaan
terbuka, dalam hal-hal tertentu dapat pula digunakan pertanyaan tertutup, yang
harus dijawab dengan kata Ya atau Tidak atau dengan kata-kata singkat. Tujuan
pertanyaan tertutup untuk : (1) mengumpulkan informasi; (2) menjernihkan atau
memperjelas sesuatu; dan (3) menghentikan pembicaraan klien yang melantur atau
menyimpang jauh.
Contoh dialog
:
Klien : ”Saya berusaha
meningkatkan prestasi dengan mengikuti belajar kelompok yang selama ini belum
pernah saya lakukan”.
Konselor: ”Biasanya Anda menempati peringkat berapa ? ”.
Klien : ” Empat ”
Konselor: ” Sekarang berapa ? ”
Klien : ” Sebelas ”
Konselor: ”Biasanya Anda menempati peringkat berapa ? ”.
Klien : ” Empat ”
Konselor: ” Sekarang berapa ? ”
Klien : ” Sebelas ”
8.
Dorongan minimal (Minimal Encouragement)
Dorongan minimal adalah teknik untuk memberikan suatu dorongan
langsung yang singkat terhadap apa yang telah dikemukakan klien. Misalnya
dengan menggunakan ungkapan : oh…, ya…., lalu…, terus….dan…
Tujuan dorongan minimal agar klien terus berbicara dan dapat mengarah agar pembicaraan mencapai tujuan. Dorongan ini diberikan pada saat klien akan mengurangi atau menghentikan pembicaraannya dan pada saat klien kurang memusatkan pikirannya pada pembicaraan atau pada saat konselor ragu atas pembicaraan klien.
Tujuan dorongan minimal agar klien terus berbicara dan dapat mengarah agar pembicaraan mencapai tujuan. Dorongan ini diberikan pada saat klien akan mengurangi atau menghentikan pembicaraannya dan pada saat klien kurang memusatkan pikirannya pada pembicaraan atau pada saat konselor ragu atas pembicaraan klien.
Contoh dialog
:
Klien : ” Saya putus asa… dan
saya nyaris… ” (klien menghentikan pembicaraan)
Konselor: ” ya…”
Klien : ” nekad bunuh diri”
Konselor: ” lalu…”
Konselor: ” ya…”
Klien : ” nekad bunuh diri”
Konselor: ” lalu…”
9.
Interpretasi
Yaitu teknik untuk mengulas pemikiran, perasaan dan pengalaman klien
dengan merujuk pada teori-teori, bukan pandangan subyektif konselor, dengan
tujuan untuk memberikan rujukan pandangan agar klien mengerti dan berubah
melalui pemahaman dari hasil rujukan baru tersebut.
Contoh dialog
:
Klien : ”
Saya pikir dengan berhenti sekolah dan memusatkan perhatian membantu orang tua
merupakan bakti saya pada keluarga, karena adik-adik saya banyak dan amat
membutuhkan biaya.”
Konselor : ” Pendidikan tingkat SMA pada masa sekarang adalah mutlak bagi semua warga negara. Terutama hidup di kota besar seperti Anda. Karena tantangan masa depan makin banyak, maka dibutuhkan manusia Indonesia yang berkualitas. Membantu orang tua memang harus, namun mungkin disayangkan jika orang seperti Anda yang tergolong akan meninggalkan SMA”.
Konselor : ” Pendidikan tingkat SMA pada masa sekarang adalah mutlak bagi semua warga negara. Terutama hidup di kota besar seperti Anda. Karena tantangan masa depan makin banyak, maka dibutuhkan manusia Indonesia yang berkualitas. Membantu orang tua memang harus, namun mungkin disayangkan jika orang seperti Anda yang tergolong akan meninggalkan SMA”.
10.
Mengarahkan (Directing)
Yaitu teknik untuk mengajak dan mengarahkan klien melakukan sesuatu.
Misalnya menyuruh klien untuk bermain peran dengan konselor atau menghayalkan
sesuatu.
Klien : ” Ayah saya sering
marah-marah tanpa sebab. Saya tak dapat lagi menahan diri. Akhirnya terjadi
pertengkaran sengit.”
Konselor : ” Bisakah Anda mencobakan di depan saya, bagaimana sikap dan kata-kata ayah Anda jika memarahi Anda.”
Konselor : ” Bisakah Anda mencobakan di depan saya, bagaimana sikap dan kata-kata ayah Anda jika memarahi Anda.”
11.
Menyimpulkan Sementara (Summarizing)
Yaitu teknik untuk menyimpulkan sementara pembicaraan sehingga arah
pembicaraan semakin jelas. Tujuan menyimpulkan sementara adalah untuk : (1)
memberikan kesempatan kepada klien untuk mengambil kilas balik dari hal-hal
yang telah dibicarakan; (2) menyimpulkan kemajuan hasil pembicaraan secara
bertahap; (3) meningkatkan kualitas diskusi; (4) mempertajam fokus pada
wawancara konseling.
Contoh :
” Setelah
kita berdiskusi beberapa waktu alangkah baiknya jika simpulkan dulu agar
semakin jelas hasil pembicaraan kita. Dari materi materi pembicaraan yang kita
diskusikan, kita sudah sampai pada dua hal: pertama, tekad Anda untuk bekerja
sambil kuliah makin jelas; kedua, namun masih ada hambatan yang akan hadapi,
yaitu : sikap orang tua Anda yang menginginkan Anda segera menyelesaikan studi,
dan waktu bekerja yang penuh sebagaimana tuntutan dari perusahaan yang akan
Anda masuki.”
B.
TEKNIK KHUSUS
Dalam konseling, di samping menggunakan teknik-teknik umum, dalam
hal-hal tertentu dapat menggunakan teknik-teknik khusus. Teknik-teknik khusus
ini dikembangkan dari berbagai pendekatan konseling, seperti pendekatan
Behaviorisme, Rational Emotive Theraphy, Gestalt dan sebagainya.Di bawah
disampaikan beberapa teknik – teknik khusus konseling (Akhmad Sudrajat
,2008.online), yaitu :
1.
Latihan Asertif
Teknik ini digunakan untuk melatih klien yang mengalami kesulitan
untuk menyatakan diri bahwa tindakannya adalah layak atau benar. Latihan ini
terutama berguna di antaranya untuk membantu individu yang tidak mampu
mengungkapkan perasaan tersinggung, kesulitan menyatakan tidak, mengungkapkan
afeksi dan respon posistif lainnya. Cara yang digunakan adalah dengan permainan
peran dengan bimbingan konselor. Diskusi-diskusi kelompok juga dapat diterapkan
dalam latihan asertif ini.
2.
Desensitisasi Sistematis
Desensitisasi sistematis merupakan teknik konseling behavioral yang
memfokukskan bantuan untuk menenangkan klien dari ketegangan yang dialami
dengan cara mengajarkan klien untuk rileks. Esensi teknik ini adalah
menghilangkan perilaku yang diperkuat secara negatif dan menyertakan respon
yang berlawanan dengan perilaku yang akan dihilangkan. Dengan pengkondisian
klasik respon-respon yang tidak dikehendaki dapat dihilangkan secara bertahap.
Jadi desensitisasi sistematis hakekatnya merupakan teknik relaksi yang digunakan
untuk menghapus perilaku yang diperkuat secara negatif biasanya merupakan
kecemasan, dan ia menyertakan respon yang berlawanan dengan perilaku yang akan
dihilangkan.
3.
Pengkondisian Aversi
Teknik ini dapat digunakan untuk menghilangkan kebiasaan buruk. Teknik
ini dimaksudkan untuk meningkatkan kepekaan klien agar mengamati respon pada
stimulus yang disenanginya dengan kebalikan stimulus tersebut. Stimulus yang
tidak menyenangkan yang disajikan tersebut diberikan secara bersamaan dengan
munculnya perilaku yang tidak dikehendaki kemunculannya. Pengkondisian ini
diharapkan terbentuk asosiasi antara perilaku yang tidak dikehendaki dengan
stimulus yang tidak menyenangkan.
4.
Pembentukan Perilaku Model
Teknik ini dapat digunakan untuk membentuk Perilaku baru pada klien,
dan memperkuat perilaku yang sudah terbentuk. Dalam hal ini konselor
menunjukkan kepada klien tentang perilaku model, dapat menggunakan model audio,
model fisik, model hidup atau lainnya yang teramati dan dipahami jenis perilaku
yang hendak dicontoh. Perilaku yang berhasil dicontoh memperoleh ganjaran dari
konselor. Ganjaran dapat berupa pujian sebagai ganjaran sosial.
5.
Permainan Dialog
Teknik ini dilakukan dengan cara klien dikondisikan untuk
mendialogan dua kecenderungan yang saling bertentangan, yaitu kecenderungan top
dog dan kecenderungan under dog, misalnya :
·
Kecenderungan
orang tua lawan kecenderungan anak.
·
Kecenderungan
bertanggung jawab lawan kecenderungan masa bodoh.
·
Kecenderungan
“anak baik” lawan kecenderungan “anak bodoh”.
·
Kecenderungan otonom
lawan kecenderungan tergantung.
·
Kecenderungan
kuat atau tegar lawan kecenderungan lemah.
Melalui dialog yang kontradiktif ini, menurut pandangan Gestalt pada
akhirnya klien akan mengarahkan dirinya pada suatu posisi di mana ia berani
mengambil resiko. Penerapan permainan dialog ini dapat dilaksanakan dengan
menggunakan teknik “kursi kosong”.
6.
Latihan Saya Bertanggung Jawab
Merupakan teknik yang dimaksudkan untuk membantu klien agar mengakui
dan menerima perasaan-perasaannya dari pada memproyeksikan perasaannya itu
kepada orang lain. Dalam teknik ini konselor meminta klien untuk membuat suatu
pernyataan dan kemudian klien menambahkan dalam pernyataan itu dengan kalimat :
“…dan saya bertanggung jawab atas hal itu”.
Misalnya :
“Saya merasa jenuh, dan saya bertanggung jawab atas kejenuhan itu”
“Saya tidak
tahu apa yang harus saya katakan sekarang, dan saya bertanggung jawab atas ketidaktahuan
itu”.
“Saya malas, dan saya bertanggung jawab atas kemalasan itu”
Meskipun tampaknya mekanis, tetapi menurut Gestalt akan membantu
meningkatkan kesadaraan klien akan perasaan-perasaan yang mungkin selama ini
diingkarinya.
7.
Bermain Proyeksi
Proyeksi yaitu memantulkan kepada orang lain perasaan-perasaan yang
dirinya sendiri tidak mau melihat atau menerimanya. Mengingkari
perasaan-perasaan sendiri dengan cara memantulkannya kepada orang lain. Sering
terjadi, perasaan-perasaan yang dipantulkan kepada orang lain merupakan atribut
yang dimilikinya. Dalam teknik bermain proyeksi konselor meminta kepada klien
untuk mencobakan atau melakukan hal-hal yang diproyeksikan kepada orang lain.
8.
Teknik Pembalikan
Gejala-gejala dan perilaku tertentu sering kali mempresentasikan
pembalikan dari dorongan-dorongan yang mendasarinya. Dalam teknik ini konselor
meminta klien untuk memainkan peran yang berkebalikan dengan perasaan-perasaan
yang dikeluhkannya.
Misalnya : konselor memberi kesempatan kepada klien untuk memainkan
peran “ekshibisionis” bagi klien pemalu yang berlebihan.
9.
Bertahan dengan Perasaan
Teknik ini dapat digunakan untuk klien yang menunjukkan perasaan
atau suasana hati yang tidak menyenangkan atau ia sangat ingin menghindarinya.
Konselor mendorong klien untuk tetap bertahan dengan perasaan yang ingin
dihindarinya itu.
Kebanyakan klien ingin melarikan diri dari stimulus yang menakutkan
dan menghindari perasaan-perasaan yang tidak menyenangkan. Dalam hal ini
konselor tetap mendorong klien untuk bertahan dengan ketakutan atau kesakitan
perasaan yang dialaminya sekarang dan mendorong klien untuk menyelam lebih
dalam ke dalam tingkah laku dan perasaan yang ingin dihindarinya itu.
10.
Home work assignments
Teknik yang dilaksanakan dalam bentuk tugas-tugas rumah untuk
melatih, membiasakan diri, dan menginternalisasikan sistem nilai tertentu yang
menuntut pola perilaku yang diharapkan. Dengan tugas rumah yang diberikan,
klien diharapkan dapat mengurangi atau menghilangkan ide-ide dan
perasaan-perasaan yang tidak rasional dan tidak logis, mempelajari bahan-bahan
tertentu yang ditugaskan untuk mengubah aspek-aspek kognisinya yang keliru,
mengadakan latihan-latihan tertentu berdasarkan tugas yang diberikan.
Pelaksanaan home work assigment yang diberikan konselor dilaporkan oleh klien
dalam suatu pertemuan tatap muka dengan konselor. Teknik ini dimaksudkan untuk
membina dan mengembangkan sikap-sikap tanggung jawab, kepercayaan pada diri
sendiri serta kemampuan untuk pengarahan diri, pengelolaan diri klien dan
mengurangi ketergantungannya kepada konselor.
11.
Adaptive
Teknik yang digunakan untuk melatih, mendorong, dan membiasakan
klien untuk secara terus-menerus menyesuaikan dirinya dengan perilaku yang
diinginkan. Latihan-latihan yang diberikan lebih bersifat pendisiplinan diri
klien.
12.
Bermain peran
Teknik untuk mengekspresikan berbagai jenis perasaan yang menekan
(perasaan-perasaan negatif) melalui suatu suasana yang dikondisikan sedemikian
rupa sehingga klien dapat secara bebas mengungkapkan dirinya sendiri melalui
peran tertentu.
13.
Imitasi
Teknik untuk menirukan secara terus menerus suatu model perilaku
tertentu dengan maksud menghadapi dan menghilangkan perilakunya sendiri yang
negatif.
TAHAPAN PROSES LAYANAN KONSELING INDIVIDUAL
Menurut Akhmad Sudrajat (2008.online) secara umum, proses konseling
terdiri dari tiga tahapan yaitu: (1) tahap awal (tahap mendefinisikan masalah);
(2) tahap inti (tahap kerja); dan (3) tahap akhir (tahap perubahan dan
tindakan).
A. Tahap Awal
Tahap ini terjadi dimulai sejak klien menemui
konselor hingga berjalan sampai konselor dan klien menemukan masalah klien.
Pada tahap ini beberapa hal yang perlu dilakukan, diantaranya :
Ø
Membangun hubungan konseling yang melibatkan
klien (rapport). Kunci keberhasilan membangun hubungan terletak pada
terpenuhinya asas-asas bimbingan dan konseling, terutama asas kerahasiaan, kesukarelaan, keterbukaan;
dan kegiatan.
Ø Memperjelas dan
mendefinisikan masalah. Jika hubungan konseling sudah terjalin dengan baik dan
klien telah melibatkan diri, maka konselor harus dapat membantu memperjelas
masalah klien.
Ø Membuat penaksiran dan
perjajagan. Konselor berusaha menjajagi atau menaksir kemungkinan masalah dan
merancang bantuan yang mungkin dilakukan, yaitu dengan membangkitkan semua
potensi klien, dan menentukan berbagai alternatif yang sesuai, untuk
mengantisipasi masalah yang dihadapi klien.
Ø Menegosiasikan
kontrak. Membangun perjanjian antara konselor dengan klien, berisi: (1) Kontrak
waktu, yaitu berapa lama waktu pertemuan yang diinginkan oleh klien dan
konselor tidak berkebaratan; (2) Kontrak tugas, yaitu berbagi tugas antara
konselor dan klien; dan (3) Kontrak kerjasama dalam proses konseling, yaitu
terbinanya peran dan tanggung jawab bersama antara konselor dan konseling dalam
seluruh rangkaian kegiatan konseling.
B. Inti (Tahap Kerja)
Setelah tahap Awal dilaksanakan dengan baik,
proses konseling selanjutnya adalah memasuki tahap inti atau tahap kerja.
Pada tahap ini terdapat beberapa hal yang
harus dilakukan, diantaranya :
Ø Menjelajahi dan
mengeksplorasi masalah klien lebih dalam. Penjelajahan masalah dimaksudkan agar
klien mempunyai perspektif dan alternatif baru terhadap masalah yang sedang
dialaminya.
Ø Konselor
melakukan reassessment (penilaian kembali), bersama-sama klien
meninjau kembali permasalahan yang dihadapi klien.
Ø Menjaga agar hubungan
konseling tetap terpelihara.
Ø
Hal ini bisa terjadi jika :
Ø Klien merasa senang
terlibat dalam pembicaraan atau waancara konseling, serta menampakkan kebutuhan
untuk mengembangkan diri dan memecahkan masalah yang dihadapinya.
Ø Konselor berupaya
kreatif mengembangkan teknik-teknik konseling yang bervariasi dan dapat
menunjukkan pribadi yang jujur, ikhlas dan benar – benar peduli terhadap klien.
Ø Proses konseling agar
berjalan sesuai kontrak. Kesepakatan yang telah dibangun pada saat kontrak
tetap dijaga, baik oleh pihak konselor maupun klien.
C. Akhir (Tahap Tindakan)
Pada tahap akhir ini terdapat beberapa hal
yang perlu dilakukan, yaitu :
Ø Konselor bersama klien
membuat kesimpulan mengenai hasil proses konseling.
Ø Menyusun rencana
tindakan yang akan dilakukan berdasarkan kesepakatan yang telah terbangun dari
proses konseling sebelumnya.
Ø Mengevaluasi jalannya
proses dan hasil konseling (penilaian segera).
Ø Membuat perjanjian
untuk pertemuan berikutnya
Pada tahap akhir ditandai beberapa hal, yaitu ; (1) menurunnya
kecemasan klien; (2) perubahan perilaku klien ke arah yang lebih positif, sehat
dan dinamis; (3) pemahaman baru dari klien tentang masalah yang dihadapinya;
dan (4) adanya rencana hidup masa yang akan datang dengan program yang jelas.
DAFTAR PUSTAKA
Akhmad Sudrajat.2008.Teknik Khusus Konseling.Dalam http://akhmadsudrajat
.word press.com/2008/01/15/teknik-khusus-konseling/
diakses tanggal 10 Februari 2014 pukul 20:14 WIB.
Akhmad Sudrajat.2008.Teknik Khusus Konseling.Dalam http://akhmadsudrajat.
wordpress.com/2008/01/15/teknik-umum-konseling/
diakses tanggal 10 Februari 2014 pukul 20:20 WIB.
Gibson, R.L. & Mitchell, M.H. 1995. Introduction to Guidance. New York:
Macmillan Publisher.
Prayitno. 1998. Konseling Pancawaskita. Padang: FIP.
How to play Baccarat and Win with the Money - Wolverione
BalasHapusBetting with a live dealer online can make the best difference. 1xbet korean 메리트 카지노 주소 It's a great way to play online 바카라 사이트 baccarat, and while it can be fun to sit and bet