Menurut
Martha Syaflina (2012.online) dalam memberikan konsultasi, konselor haruslah
mengenal teknik konsultasi dan berkomunikasi dengan si klien agar kliennya bisa
mengerti dan mau menerima masukan dan juga puas dengan pelayanan si konselor.
Namun, pada hakikatnya, bukanlah konselor yang akan memecahkan masalah klien
itu, tapi klien itu sendiri, konselor ini hanya sebagai pengantara
terpecahkannya masalah si klien.
Ada tiga
teknik yang pernah dipakai oleh para konselor untuk bisa membantu klien
memecahkan masalahnya, tapi sebetulnya bukan membantu tapi menjadi perantara
bagi klien karena mereka diliputi perasaan ragu. Teknik ini dikenal dengan
Teknik 3M, yaitu: Mendengarkan,Memahami dan Merespon.
M.1 MENDENGARKAN
Dalam proses
mendengar, kita hanya menangkap sebagian dari informasi yang dibicarakan atau
didengar. Kita juga tidak bisa untuk menangkap secara pasti apa yang sedang
diperdengarkan. Seakan-akan kita hanya mendengar seperti angin lalu saja.
Biasanya orang yang kebiasaan hanya mendengar, berita yang disampaikannya
kepada orang lain bersifat isu atau berita yang kurang jelas.
Hal ini
sangat harus dihindari oleh para konselor, karena konselor haruslah mendengar
dengan penuh apa yang sebenarnya dibicarakan oleh klien sehingga konselor bisa
memberikan perantara untuk memecahkan masalah klien tersebut. Kalau konselor
hanya mendengar saja, itu tidak kurang lebih dari mencemooh pembicaraan klien,
sehingga klien tidak mau lagi curhat dan konsultasi dengan kita. Kita hanya
dianggap sebagai orang yang membosankan (Martha Syaflina.2012.online).
Efective
listening
Dengan kemampuan EL konselor,
klien dapat mengekpresikan apa yang harus diekspreskannya baik melalui kata,
perasaan dan tingkah laku.EL bukan sikap diam sambil memikirkan advis yang akan diberikan.
EL = pemakaian sensitivitas untuk menangkap :
a.
Kata-kata yang diucapkan klien
b.
Perasaan dibalik kata-kata klien
c.
Ekspressi wajah dan tingkah laku
klien
d.
EL = diciplin listening , karena
EL tidak hanya melibatkan sikap mendengarkan
e.
Tetapi juga kesadaran dan
sensitivitas Ko terhadap sikapnya sendiri yakni sikap mendorong Ki untuk
mendorong klien mengekspresikan kata-kata dan perasaan secara wajar
f.
Kemampuan untuk menangkap inti
kata-kata yang diucapkan Ki secara obyektif
g.
Kemampunan Ko menahan diri dari
dorongan untuk berkata-kata lebih banyak atau sebelum waktunya.
M.2 MEMAHAMI
Dengan berusaha
memahami klien, kita juga mendapatkan pelajaran dan pengalaman dari diri
mereka. Memahami dengan sepenuh hati dan mengambil kesimpulan dari pembicaraan
klien itu penting agar kita tidak salah dalam mengarahkan klien tersebut.
Menurut Yosita Maulina
(2012.online)kemampuan dalam memahami harus didukung oleh :
1. Empati : sikap positif Ko terhadap Ki, yang dieks presikan melalui
kesediaan untuk menempatkan diri pada tempat Ki, merasakan apa yang dirasakan
Ki dan mengerti dengan pengertian Ki.
Faktor penghambat empati :
a.
Pikiran yang
terikat pada teori/teknik konseling yang
akan dipakai
b.
Terlalu cepat
memikirkan pemecahan persoalan Ki
c.
Kecemasan
yang mematikan perasaan Ko dan Ki
2. Sikap menerima ( acceptance) Sikap menerima adalah kesediaan Ko untuk
menerima keberadaan Ki sebagaimana adanya.
a. Non judgmental
b. Menempatkan hal-hal negatif pada konteks
yang tepat
c. Bukan sikap membenarkan atau mentralisir
M.3 MERESPON
Menurut
Martha Syaflina (2012.online) merespon itu artinya memberikan sinyal kepada
klien bahwa kita telah serius dalam mendengarkan pembicaraan dan keluhannya.
Ada beberapa kata untuk merespon, yaitu:
a. Hmm…b. Lalu…
c. Selanjutnya bagaimana?
d. Terus?
e. (banyak lagi cara merespon dari berbagai konselor)
Merespon juga
harus membuat klien percaya dengan kita bahwa kita hanya tidak mendengarkan dia
tapi memang serius dalam mendengarkannya. Kita juga bisa merespon dengan
isyarat mata dan tangan dengan cara digerakkan matanya atau dikedipkan. Dengan
gerakan tangan, membuat dia lebih bersemangat untuk bercerita sehingga kita
bisa mencari akar masalahnya.
Disamping
itu,Yosita Maulina (2012.online) menambahkan ciri-ciri merespon yang tepat dan
positif,yaitu :
a.
Menjadikan klien senang sehingga
dapat mendorongnya untuk berbicara lebih
banyak tentang masalahnya & dapat membantu klien mendalami perasaan dan
fikiran yang berhubungan dengan masalahnya
b.
Dapat mengarahkan klien untuk mengubah
sikap, pandangan, kebiasaan dan tingkah laku yang menyebabkan timbulnya masalah
c.
Bahasanya jelas, sederhana dan padat
d.
Tidak membuat klien tersinggung atau
mempertahankan diri
KEPUSTAKAAN
Martha Syaflina.2012.Teknik 3M.Dalam http://marthasyaf
lina.wordpress .com/2012/01 /19 /tek nik-3m -2/
Diakses tanggal 2 Maret 2014 pukul 20.15 WIB.
Yosita Maulina.2012.Teknik 3M.Dalam http://yositamaulina.blogspot.com/2012/03/teknik-3m.html
Diakses tanggal 2 Maret 2014 pukul 20.00 WIB.